Minggu, 05 Oktober 2014

Metamorfosis Konsep Wedding Impian

Konsep wedding. Setiap wanita pasti sudah jauh pernah membayangkannya sejak kecil. Bahkan ketika masih berbicara sendiri dengan boneka kesayangan, ataupun saat sudah jatuh cinta malu-malu dengan kakak kelas sewaktu remaja. Akupun begitu. Sejak kecil aku sudah membayangkan konsep pernikahanku nanti. Sejak di sekolah dasar aku sudah dengan beraninya membicarakan dengan kedua orangtuaku tentang konsep rumah impian nanti. Rumah kecil yang berada di tengah luasnya halaman rumah yang asri dengan bunga dan pohon buah. Oh ya, bahkan ketika aku kelas tiga SD, aku sudah menyiapkan beberapa nama untuk anakku nanti hehehehe. Beberapa nama aku cari dan gabungkan dari arti-arti nama di bagian paling belakang buku pintar. Salah satunya adalah Azalea. Cuma itu yang aku ingat, yang artinya tanaman bunga yang indah.
Saat beranjak remajapun akhirnya aku mulai merajut-rajut mimpi untuk nantinya akan menghabiskan masa tua di kaki gunung. How a overthinking girl i am. Saat kuliah semester awal aku menginginkan pasangan hidup dari fakultas Kehutanan. Kenapa? Karena aku dari Fakultas Peternakan. Saat tua nanti biarlah aku beternak untuk makanan kami sehari-hari dan dia mencari batang-batang kayu untuk memasak dan tumbuhan yang bisa kami makan. Hidup berdua hingga ajal memisahkan kami.  Sounds like a fairytale ehm? Itulah alasan aku ingin masuk ekstrakurikuler IFSA saat pertama masuk IPB, tidak lain dan tidak bukan untuk mencari jodoh anak kehutanan *blushing*.

Setelah bertemu dengan anak kehutanan yang sebenarnyapun kami kembali meniti tangga-tangga khayalan kami. Ingin punya rumah di Sentul city dan menikah di Four Season Hotel Jakarta. Terdengar mewah memang. Untuk anak seumur aku yang sedang beranjak dewasa itu mungkin hal biasa. Tema pesta dibagi menjadi tiga hari. Hari pertama untuk teman-teman dan keluargaku dilengkapi adat keluargaku sendiri. Hari kedua untuk teman-teman dan keluarganya dilengkapi adat keluarganya. Dan hari ketiga adalah gabungan antara temanku dan temannya, dilengkapi tema universal. Gaun putih panjang disandingkan dengan jas hitam nan elegan. Wow, bahkan sekarangpun aku pusing membayangkannya. Ya membayangkan budgetnya! Hahahaha

Makin tua semakin bersikap bijak. Mungkin tepat buat semua wanita termasuk aku. Sekarang aku hanya menginginkan pesta pernikahan yang sakral, simple tapi berkesan. Wohoo.

Akad nikah yang dilaksanakan di Masjid At-tin TMII dengan gaun pengantin putih simple namun anggun, dengan pendamping yang mengucap ijab kabul dengan lancar. Terasa lebih sakral bukan? Pasti, buatku. Kenapa aku sangat ingin di Masjid At-tin? Cuma sahabat terdekat dan calon suamiku nanti yang akan tau alasannya. Biarlah disimpan dengan indah sampai waktunya :))
Kemudian untuk pesta resepsi? Aku ingin Garden Party, di kebun dengan tema vintage. Gaun Vintage, pasanganku juga memakai jas ala vintage. Dekorasi dibuat sedemikian rupa agar terlihat nyaman tapi tetap indah. Mungkin dresscode tamu juga disesuaikan. Lucu bukan? Didatangi oleh sahabat-sahabat dan keluarga terdekat. Berbagi tawa dan bahagia bersama derasnya aliran doa untuk kami berdua. Simple, sederhana, tapi sakral. Memulai untuk menyamakan hingga maut memisahkan. Waaaw konsep wedding yang indah bukan? Bagaimana metamorfosis konsep weddingmu girls? :)

Ditulis pada Oktober 2014, mungkin setahun atau dua tahun lagi terwujudkan. Silahkan diamini. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar