Minggu, 30 Maret 2014

Surat Untuk Mantan

Dear kamu, yang dulu kekasihku.

Aku tau, rangkaian kata demi kataku tak kan mampu merubah keputusanmu. Aku juga tau, kumpulan tetes demi tetes air mataku tak kan menahanmu tetap disisiku. Biarkan sayang, biar aku tetap merapuh, asal kau tetap bisa temukanku nanti. Mungkin saat memori kembali menarikmu kepadaku. Kubiarkan sesaat kau lupa manisnya kenangan kita. Kubiarkan kau nikmati bahagiamu tanpaku. Aku relakan kamu memilih hidup tanpaku. Sayang, apa kau tak ingin kembali meneguk manisnya cintaku? Atau sekedar tersenyum simpul mendengar kata sayang dariku? Kau tinggalkan aku seribu tahun lagipun aku akan tetap sama. Menunggumu.

Mungkin aku tak bisa jadi kebanggaanmu. Tak bisa jadi bidadari impianmu. Aku hanya bisa jadi aku. Tapi sadarlah, aku adalah aku yang dengan serengkuh cinta di hidupku. Ya, cinta untukmu. Tak bisakah kau beri aku secuil kesempatan agar berusaha menjadi aku yang kamu mau?



dua bulan ini aku hidup dalam kepalsuan. Aku berpura-pura bahagia kau tinggalkan. Aku bersandiwara menikmati hidup tanpa perhatianmu. Apa kau merasa sakitnya seperti ini? Sayang, apa kau dapat kira siapa yang namanya langsung kuingat sedetik setelah bangunnya aku setiap hari? Siapa yang aku cari kabarnya dari jauh setiap jamnya? Siapa yang selalu aku tangisi tiap malam sebelum tidurku? Siapa yang ingin aku temui setiap rindu menyesakkan ruang nafasku? Kamu.

Harapanku terlalu tinggi, mimpiku terlalu jauh bersamamu. Kukira, kau yang akan duduk di sebelah bangku pelaminanku nanti. Kukira mimpi kita menua bersama akan nyata. Kukira janjimu utuh. Kukira.

Lihatlah aku sayang, sehina apa kau rendahkan aku, sejauh apa kau tinggalkan aku, sedalam apa kau jatuhkan aku, sekuat apa kau hilangkan aku dari hidupmu, sesama itulah aku tetap cinta kamu.



Biarlah aku tetap disini. Menikmati sesaknya rinduku. Mencicipi lukaku hingga kering. Mengikuti proses hilangnya bayanganmu dari pikiranku. Terbawa arus kenanganku tentangmu. Hingga tenggelam dalam terpuruknya aku tanpa kamu. Biar, biar aku hingga ke dasar, biar aku lenyap oleh rasaku sendiri. Hingga mati cintaku padamu.

Jangan khawatir sayang, tiap pagi aku akan tetap menyambut hari dengan asa. Harapku kamu akan kembali terseret kenanganmu sendiri. Atau hanya karena sekedar ibamu melihat keadaanku.

Aku hanya ingin kamu tau. Abang, seribu tahun kau mau kembali aku tetap sama. Aku yang aku. Aku yang terlalu menyayangimu. Aku yang selalu menunggumu. Aku yang bukan aku tanpa kamu.


 salamku,
 yang dulu pernah jadi nona-mu


Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel bernard batubara