Senin, 01 Desember 2014

Rasa pahit Frappeku.

Tatapanku terpaku pada segelas penuh Frappe di meja. Sedari tadi pikiranku menghilang entah kemana. Satu, tidak, ternyata sudah dua jam aku diam di Coffee Shop ini. Sendiri, untuk kali ini.
Aku sudah pernah bilang pada dia, setiap rasa kopi itu punya arti. Setiap darinya punya kekuatan magis tersendiri. "Kalau suatu saat kamu lihat aku lagi minum Frappe, berarti hidupku lagi suram, pahit seperti Frappe itu sendiri." "Kalau begitu, akan aku buat setiap hari kamu minum Iced Chocolate, biar manis saat bersamaku" dia selalu berkata seperti itu di depanku.
Aku tak pernah tahu persis alasan dia selalu memesan kopi hitam bahkan dengan sedikit gula. Menurutku, kopi hitam sudah melewati batas wajar kepahitan sebuah kopi. Hanya yang memiliki seleralah yang sungguh menikmatinya. Itulah dia.
Sudah sembilan puluh hari belakangan ini aku habiskan waktuku dengan Tuan penikmat kopi hitam itu. Setiap temu pasti disempurnakan dengan canda di salah satu Coffee Shop kesukaan kami. Waktu seakan tidak punya arti kalau dia dan segelas Iced Chocolate sudah berdampingan serasi di hadapanku. Aku lupa memberitahu, selama 90 hari itu pula aku tidak lagi menikmati pahitnya kopi di lidahku. Jangan tanyakan, kalian tahu siapa penyebabnya.
Perbincangan kami tak lepas dari kopi, baik itu perbedaan rasa tiap kopi itu sendiri, kopi khas dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan alasan kenapa aku ketergantungan kopi. Alasan aku ketergantungan pada kopi mungkin akan sama seperti alasan aku ketergantungan pada dia. 
Sekarang hari keseratus, aku duduk di tempat yang sama. Segelas Frappe di depanku. Sembilan puluh hari kemarin aku lupa bilang pada dia ternyata. Atau aku belum sempat bilang padanya kalau aku menyukai dia seperti aku menyukai Frappe ini. Ternyata, waktu tak memberi kesempatan padaku. Sama seperti ketidaktahuanku mengapa dia menyukai kopi hitam, aku jugapun tidak tahu mengapa dia memilih pergi. Aku rasa tidak semua pertanyaan butuh jawaban. Alasanku ketergantungan padanya juga tidak memiliki jawaban. 
Sudah hampir tiga jam, lebih dari ini aku pasti diusir sebentar lagi. Segelas Frappeku masih utuh, aku belum sanggup menikmati pahit tiap tetesannya. Karena sekarang aku sedang sibuk menikmati pahit tiap detikku ditinggalkan si Tuan pencinta kopi hitam.
Hei, aku rasa saat ini aku lebih menyukai rasa pahit ditinggalkan dia daripada Frappe. Sudahlah, disini sedetik lagi aku benar-benar akan gila. Sebaiknya aku cepat pergi, sebelum prosesi pemakaman si Tuan berakhir ditelan hujan.

Twitter : @febynia

Facebook : Febynia Mutiara Zainatha