Sabtu, 11 April 2015

Aku lelah, menyerah, aku telah kalah.
Aku akan berhenti mencinta.

Ada yang lebih sulit dari menghindari perasaan sendiri?

Ya, menyadari orang yang kamu cinta berusaha menghindari keberadaanmu.

Ada yang lebih pahit dari ditinggalkan?

Ya, kehilangan tanpa kamu sempat menemukan.

Aku mengutuk keadaan dimana tanpa disengaja hadir cinta di waktu yang salah.
Atau perubahan yang terjadi karena cintalah penyebabnya.

Percayalah, menyangkal perasaan sendiri itu sangat melelahkan.
Sudah kubilang, aku kalah.
Aku jatuh cinta.
Pada dia yang untuk mengakui diapun mencintaiku saja enggan.
Pada orang yang memilih kalah pada keadaan dan berubah.
Kepada kamu.
Yang sekarang aku jadikan sebuah pertanyaan.
Bertahan atau mundur perlahan?

Kamis, 09 April 2015

Jatuh untuk mencinta (lagi)

Aku kembali lagi, jatuh cinta. Tapi, kali ini pada hati dan situasi yang salah.

Ketika degup jantung mengambil kendali sendiri untuk berpacu lebih kencang dari biasanya. Saat senyum mengembang tanpa sadar yang aku punya. Di depannya, aku fikir aku kembali lagi jatuh cinta.

Jika jatuh cinta bisa diatur sedemikian rupa, aku akan matang membuat rencana. Dimana seharusnya ia datang di waktu yang tepat dan teruntuk yang pantas.

Aku bisa apa selain turut pada keinginan Tuhan yang satu ini, untuk kembali jatuh untuk mencinta. Atau aku harus lari dari realita yang semakin hari semakin diperjelas adanya.

Kepada dia yang hadirnya aku selalu inginkan, kepada dia yang senyumnya aku selalu rindukan. Kepada dialah akhirnya hatiku dijatuhkan.

Atas senyum lebar yang hadir tiap melihatmu dan atas debar yang ada tiap di dekatmu, aku berterimakasih kepada Tuhan, karena menganugerahkan sepaket cinta yang lengkap untukku.

Cinta yang lengkap padanya dengan waktu dan situasi yang salah pula di dalamnya.

Pada akhirnya, aku mungkin harus lagi dan lagi menyerah, pada waktu dan situasi yang salah. Walau aku yakin, padamu cintaku takkan salah menemukan muara.


Teruntuk kamu,
Lelaki yang aku jatuhkan hatiku (lagi) pada akhirnya.


Feby