Selasa, 16 Juni 2015

Aku mencintai dia dalam diam

Tiga menit lagi.

Arah jam satu, seorang pria berbaju cokelat akan duduk disana. Sebentar lagi.

Sekarang pukul 12.15 seharusnya nasi goreng pedas sudah ada di mejanya. Tawa renyahnya sudah mengisi suasana kantin ini sejak tadi.

Randi. Fakultas Ekonomi. Semester lima.

Aku tau hal ini bukan kebetulan, aku sudah mengamati dia sejak sebulan belakangan. entah, apa yang membuatku nyaman memperhatikan dia darisini. Hingga jarak antara Fakultasku dengannya tak membuatku absen datang ke kantin ini setiap harinya. Ada yang hilang apabila aku tidak melihat simpul senyumnya satu hari. ada yang menenggelamkan apabila aku tidak melihat binar matanya satu hari. Aku rasa aku jatuh cinta.

Aku tidak tau pasti cinta itu apa. yang aku tau sebulan belakangan aku menjadi pesakitan. Randiku hilang, ditelan keramaian. Atau mungkin ia sudah ditarik jauh oleh bidadari itu. Ya. Sebulan yang lalu ia tidak datang lagi sendirian. Tetapi dengan seorang wanita yang parasnya seperti bidadari khayangan. Aku mungkin pantas jadi babunya dengan mukaku ini. sejak itu aku lihat binar kesukaanku hilang, senyum simpul milikku lenyap. Semua ditarik seperti magnet oleh wanita itu. Utuh menjadi miliknya.

Sudah dua bulan, aku tidak tahan lagi. Aku semakin kesakitan, aku ketergantungan. aku sudah 12 jam sehari menunggu di kantin ini, dalam diam. Tapi dia tak juga kembali pulang. Aku bisa apa selain tetap diam dan lama-lama hilang ditelan kesunyian ini.

Tuhan, kau tahu, aku hanya bisa mencintainya dalam diam. Aku jatuh cinta padanya diam-diam dan akan tetap berhulukan diam.

'Nov, kamu tau, berita mahasiswi Fakultas Sastra yang mencongkel matanya sendiri hingga buta dan mati kehabisan darah?'

'iya, Ran, aku bingung, apa yg ada di pikirannya, sekarang dia tidak hanya bisu, tapi juga buta' ujar Novia, sahabat sedari kecil Randi yang parasnya memang seperti bidadari.

'sayang sekali Nov, kau tau, sebelum aku pergi PKL, setiap hari aku memperhatikan dia, arah jam satu, baju biru dan selalu jus mangga di depannya. Aku kira aku bisa mulai menyapanya hari ini, dia manis'

Ternyata. Cinta itu tidak hanya menyakitkan, tapi mematikan.

Minggu, 31 Mei 2015

Setelah sekian lama, aku ingin kembali dipeluk olehMu, Tuhan.

Aku kira mencoba lagi mencintai itu tidak sesakit ini. Kenapa aku selalu jatuh pada orang yang salah.

Aku lelah mencari, Tuhan. Temukan aku, dengan dia yang juga meminta padaMu untuk dipertemukan denganku.

Aku berhenti. Untuk mencari, aku akan diam disini. Hingga aku ditemukan oleh dia. Seseorang yang ditakdirkan untuk saling menemukan denganku. Bukan dengan dia yang masih terus mencari saat seharusnya dia sadar, dia telah menemukan.

Senin, 25 Mei 2015

Beri aku waktu, setidaknya sampai esok hari. Aku janji, takkan mencintaimu lagi.

Sabtu, 11 April 2015

Aku lelah, menyerah, aku telah kalah.
Aku akan berhenti mencinta.

Ada yang lebih sulit dari menghindari perasaan sendiri?

Ya, menyadari orang yang kamu cinta berusaha menghindari keberadaanmu.

Ada yang lebih pahit dari ditinggalkan?

Ya, kehilangan tanpa kamu sempat menemukan.

Aku mengutuk keadaan dimana tanpa disengaja hadir cinta di waktu yang salah.
Atau perubahan yang terjadi karena cintalah penyebabnya.

Percayalah, menyangkal perasaan sendiri itu sangat melelahkan.
Sudah kubilang, aku kalah.
Aku jatuh cinta.
Pada dia yang untuk mengakui diapun mencintaiku saja enggan.
Pada orang yang memilih kalah pada keadaan dan berubah.
Kepada kamu.
Yang sekarang aku jadikan sebuah pertanyaan.
Bertahan atau mundur perlahan?

Kamis, 09 April 2015

Jatuh untuk mencinta (lagi)

Aku kembali lagi, jatuh cinta. Tapi, kali ini pada hati dan situasi yang salah.

Ketika degup jantung mengambil kendali sendiri untuk berpacu lebih kencang dari biasanya. Saat senyum mengembang tanpa sadar yang aku punya. Di depannya, aku fikir aku kembali lagi jatuh cinta.

Jika jatuh cinta bisa diatur sedemikian rupa, aku akan matang membuat rencana. Dimana seharusnya ia datang di waktu yang tepat dan teruntuk yang pantas.

Aku bisa apa selain turut pada keinginan Tuhan yang satu ini, untuk kembali jatuh untuk mencinta. Atau aku harus lari dari realita yang semakin hari semakin diperjelas adanya.

Kepada dia yang hadirnya aku selalu inginkan, kepada dia yang senyumnya aku selalu rindukan. Kepada dialah akhirnya hatiku dijatuhkan.

Atas senyum lebar yang hadir tiap melihatmu dan atas debar yang ada tiap di dekatmu, aku berterimakasih kepada Tuhan, karena menganugerahkan sepaket cinta yang lengkap untukku.

Cinta yang lengkap padanya dengan waktu dan situasi yang salah pula di dalamnya.

Pada akhirnya, aku mungkin harus lagi dan lagi menyerah, pada waktu dan situasi yang salah. Walau aku yakin, padamu cintaku takkan salah menemukan muara.


Teruntuk kamu,
Lelaki yang aku jatuhkan hatiku (lagi) pada akhirnya.


Feby






Jumat, 02 Januari 2015

Pilah-Pilih

"Feb cukup makanan aja yang lo pilih-pilih, jangan cowo juga terlalu dipilih-pilih". Sebenernya ga sekali dua kali gw denger hal gini. Iya, jujur gw udah sering denger entah dari siapa. Tapi yang gw bingung, kapan gw milih-milihnya? *emotsedih*

Mungkin di penglihatan orang lain, gw itu terlalu banyak kriteria, terlalu mau yang perfect, dan keliatannya jadi milih-milih. Padahal sebener-benernya itu enggaaaa.

Gw itu tipe cewe yang susah suka sama orang. Saat gw udah sayang, gw sayang terlalu dalam. Disitulah kesalahan yang selalu gw ulang lagi dan lagi. Darisitu, proses recovery gw menjadi lama. Ditambah gw adalah pengingat yang ulung. Jadi berpangkatlah waktu yang dibutuhkan buat gw merasa siap buat mencintai seseorang lagi ;)

Tapi, ga jarang pasangan gw dahulu bilang kalau gw itu terlalu gampang luluh. Mereka salah, seharusnya mereka inget-inget lagi bagaimana cara ngebuat gw luluh :))))


Jadi intinya, gw itu butuh proses recovery yang cukup lama, dimana semakin kesini gw semakin takut kalau nantinya dikecewakan lagi. Jadilah gw lebih berhati-hati. Bukan berarti gw menutup hati yaa. Gw masih bisa senyum-senyum kok kalau dihubungin sama gebetan *eh


Jadi, kamu, iya kamu, kalau kamu baca ini, percayalah kalau kamu itu udah berhasil ngebuat aku senyam-senyum sendiri kemarin-kemarin. Kalau jodoh, toh ga akan kemana kan. Semoga semoga :))))

Kamis, 01 Januari 2015

Welcome 2015!

Semua orang berhak bahagia.

Baiklah untuk mengawali tahun 2015, gw akan mencoba buat menulis sesuatu.
Seperti tagline di atas, gw rasa setiap individu berhak untuk merasakan kebahagiaan. Terus kenapa banyak yang tetap terjerumus dalam kesedihan?

"Feb, lo udah berdoa minta yang terbaik sama Tuhan? Kalau udah, kenapa lo masih sedih terus galau? Lo harus percaya dong sama Tuhan, kan lo udah minta. Tuhan pasti kabulin doa lo dengan cara yang lo sendiri ga tau". Kata-kata temen gw itu ajaib. Makasih ibu Inessya ;)

Lalu saat kita sudah berdoa, selanjutnya tunggu saja, biar Tuhan yang mengatur kelanjutannya.

Iya, gw, dia, mereka, kalian semua berhak buat bahagia. Jangan pernah buang waktu yang berharga ini tanpa sedetikpun buat bahagia :)

Review tahun 2014?

Jujur tahun 2014 itu persis kaya jungkir baliknya kehidupan gw. Di satu saat gw merasakan bahagia yang berlebih dan di saat yang lain gw merasakan sedih yang tak kurang juga. Bahkan gw sempat kehilangan rasa percaya sama diri gw sendiri setelah gw dihina dengan sedemikiannya. Tapi, sekarang juga gw bisa tersenyum saat hal itu gw ingat lagi. Gw bukan tipe orang yang suka menyimpan dendam. Biarlah apa yang terjadi dijadikan pelajaran. Mungkin Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang lebih indah dibalik ini semua. Sampau tiba saatnya gw bisa berkata kalau gw sangat bahagia.


Resolusi 2015?

Resolusi 2015 gw simple, gw cuma mau bahagia. Karena, gw berhak akan itu.
Tahun ini akan jadi tahun yang sangat mengharukan buat gw, di saat bahagia dan sedih membaur jadi satu. Setiap manusia akan melewati fase-fasenya sendiri, dan gwpun nantinya. Jadi, gw akan menjalani 2015 ini dengan mencoba selalu tersenyum setiap detiknya, karena gw sangat sangat berhak untuk bahagia ;))